Love, I must say that it is a double-edged sword. Why? Cuz, i must say that "to love held the risk of to hate".
Yes. Mencintai berarti kita semakin mendekati potensi untuk membenci. Bahkan, semakin besar cinta kita, akan semakin besar risiko kebencian yang akan dihasilkan.
Bayangkan seperti ini, kita menyukai sebuah permainan PS2. Sukaaaa banget. Lw memainkannya setiap hari, berusaha membuka rahasia2nya, berusaha menamatkannya dengan sempurna. Di saat permainan sudah 85% selesai, lengkap dengan rahasia yang berhasil lw pecahkan, tiba2 data permainan lw hilang dan lw harus memulai dari awal. Psikologis manusia akan membuatnya membenci permainan itu dan gak akan menyentuhnya hingga beberapa waktu bahkan selamanya.
Contoh lain masih soal game. Lw main game online. Dengan karakter lw yang uda level 98, equipment dahsyat dan lw dikenal sebagai salah satu legenda game online. Dan tiba2, karakter lw dihack, barang2nya dipretelin, duitnya ilank semua, dan lebih parahnya lagi, karakter yang uda lw buat susah payah itu dihapus secara kejam. Pasti lw akan cenderung malas memainkan game itu lagi.
Nah, jika diaplikasikan dengan cinta antar manusia. Bayangkan lw sangat mencintai seorang wanita. Kemudian, lw berdua uda jadian (ahl yang belum pernah gw alamin) dan lw menjalani proses pacaran yang sangat romantis sehingga lw semakin mencintainya. Tiba2 dya selingkuh. Pasti benci kan? Lw akan muak melihat wajahnya. Lw mungkin bahkan gak mau denger namanya lagi. Semua karena lw terlalu mencintainya. Pasti hasilnya akan beda kalo lw belum jadian dan dya nolak lw pas lw tembak. Gak akan sebenci itu.
Contoh lain adalah jika lw seorang pengabdi kepada negara. Lw habiskan sisa hidup lw unruk mengabdi kepada negara. Lw curahkan semua keringat lw kepada negara, Lw sangat mencintai negara itu. Tiba2 negara mengkhianati lw. Lw dikorbankan sebagai kambing hitam atas semua permasalahan yang dialami negara ini. Pengabdian lw dianggap sebagai proses penghancuran negara, seperti Wijoyo Nitisastro. Secara rasional, lw akan membenci negara lw. Membencinya karena cinta lw yang sangat besar kepada negara disia2kan begitu saja bahkan lw dihancurkan tanpa kasihan.
Begitulah. Cinta terhadap sesuatu menimbulkan sebuah risiko untuk membenci sesuatu tersebut. Tidak harus pengkhianatan. Banyak hal lain yang bisa menimbulkan kebencian. Yang jelas, semakin besar cinta, semakin besar potensi kebencian.
So, jangan terbuai oleh cinta. Cinta itu rasional dan cinta adalah sebuah logika. Terkadang kita harus menepikan romantisme, tetapi jangan sampai melupakannya. Sebagai Dawn yang dipenuhi oleh positive thinking, gw memang masih banyak dipengaruhi romantisme, tetapi setidaknya gw harus bisa menahannya dengan melihat kenyataan.
Dream On!
Dawn
Friday, September 12, 2008
Between Love and Hatred
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
8:49 PM
Labels: dawn, love, romantisme
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
seperti yang orang-orang katakan. Antara benci dan cinta itu tipis.
yang paling bisa bikin kita sakit hati adalah yang paling kita sayang
Post a Comment