Wednesday, April 6, 2011

Naiklah ke Atas, Untuk Apa?

Hello, apo kabo miko semua? Lamo kali ni tak update blog ni. Yah, sebelum mulai menulis ada baiknya gw meng-update keadaan gw sekarang dulu kali ya.


Saat ini, gw sebagai The Dawn sedang tergabung dalam Gerakan Indonesia Mengajar sebagai salah satu dari 51 Pengajar Muda yang dikirim ke pelosok negeri ini untuk mengajar SD selama setahun. Saat ini gw berada di Desa Pangkalan Nyirih, Pulau Rupat di Kabupaten Bengkalis. Pulau ini adalah salah satu Frontier Island yang tidak banyak dikenal penduduk negeri ini. Sayang sekali, padahal pulau ini sangat indah dan memiliki potensi ekonomi yang berlimpah sampai-sampai gw dan temen gw sesama PM pengen ngegarap buku tentang "Rupat: A Guide to Investment". Oke sekianlah update kondisi gw. Si Dusk uda update belum ya? Ucapkan selamat sama dia loh karena sekarang dia sudah punya Baby. Hehehe...

Baiklah. Ini adalah sebuah filosofi yang gw sampaikan kepada murid-murid gw di SDN 28 Pangkalan Nyirih tempat gw mengajar. Gw memberikan mereka sebuah tugas untuk membuat sebuah karangan berjudul "Jika Aku Menjadi Presiden". Sekejap setelah gw sampaikan judul itu, langsung saja sekelas berceloteh bising tentang keinginan-keinginan mereka.

"Saya mau jadi presiden yang terkenal!" "Saya mau bikin senjata-senjata yang keren biar kuat" "Saya mau bikin perang ama negara lain!" "Saya mau jadi presiden yang kaya!"

Plaakkk!

Keinginan macam apa itu? Penuh dengan egoisme yang cukup berbahaya jika terus ditanamkan pada anak-anak terutama keinginan yang gw sebutkan terakhir itu. Jadi presiden yang kaya? Presiden mana ada yang kaya kalau dari awal belum kaya kecuali jika mereka korupsi. Menghadapi ini gw cukup berpikir keras bagaimana menanamkan nilai yang benar kepada mereka.

Saat itulah kemudian gw meminta mereka untuk naik ke atas meja. Dengan heran mereka semua naik ke atas meja untuk kedua kalinya dalam pelajaran gw (sebelumnya uda pernah untuk tujuan lain). Saat semua uda berada di atas meja, gw minta mereka untuk melihat sekeliling. Lalu gw tanya lagi, "apa rasanya?"

Sebagian besar menjawab, "Lebih luas, pak! Semuanya jadi lebih terlihat!" Gw puas mendengar itu tetapi gw terus memancing sampai ada yang berkata sesuatu dan benarlah ada satu anak yang berkata, "Bapak jadi kelihatan lebih kecil, pak!" BAGUS! Pada saat itulah gw langsung menulis sebuah kalimat di papan tulis sambil berkata:

Naiklah ke atas, untuk melihat ke bawah dengan lebih jelas, bukan untuk mengecilkan mereka di mata kalian.

Anggaplah kita sedang berada di sebuah menara. Kita berada di puncak menara itu. Tentunya pandangan mata kita dapat menjangkau ke arah yang sangat jauh. Semua pemandangan akan tampak begitu jelas. Tetapi, apa konsekuensinya? Semua akan terlihat lebih kecil. Kita akan dibuai oleh sebuah perasaan betapa besarnya kita dan betapa kecilnya mereka. Kita akan berada di posisi superior yang rentan akan kegilaan pada sebuah kekuasaan.

Oleh karena itulah, saat kita naik ke atas, menuju puncak, hendaklah kita berharap untuk dapat melihat ke bawah dengan lebih jelas, lebih lapang sehingga kita dapat memahami semuanya dan membantu semua yang ada di bawah, mengarahkan mereka menuju kehidupan yang lebih baik. Kalau sekali saja terbesit di benak kita sebuah pikiran betapa kecilnya pemandangan di bawah sana, maka pada saat itulah kita sebagai pemimpin akan dibutakan, akan tertutup matanya dari semua masalah yang ada di bawah sana.

Itulah petunjuk yang gw berikan kepada mereka. Awalnya mereka melongo seperti tertegun atau gimana agak kurang jelas dan kemudian entah kenapa mereka tepuk tangan dan mulai menulis dengan semangat. Entahlah apa mereka paham atau tidak, tapi setidaknya gw uda menyampaikannya kepada mereka. Biarlah kalau mereka tak mengerti itu sekarang, maka suatu hari nantilah mereka akan mengerti.

Jadi kawan. Jika kalian ingin menyelesaikan semua masalah yang ada di dunia ini, naiklah ke atas, capailah puncak, agar kalian bisa melihat semuanya dengan jelas, dan kehancuran kalian akan ditentukan pada saat kalian terpikir betapa kecilnya semua yang ada di bawah kalian, karena itulah pintu menuju sesuatu yang kita sebut, "Gila Kuasa".

Dream On!
Dawn

Saturday, May 8, 2010

In the End of Solitary Path

Sudah lama sekali gw tidak menulis di blog ini. Hey, guyz! The Dawn has arrive!


Gw ingin menjelaskan sesuatu yang selalu menjadi cara hidup gw, which is "Unitary Life". Unitary Life adalah kehidupan di mana diri kita menjadi satu dengan seluruh komunitas di dunia ini. Hal ini berlawanan dengan "Solitary Life" yang memilih untuk berdiri sendiri tanpa dukungan dari orang lain, layaknya seorang pertapa.

Gw selalu percaya bahwa dalam kehidupan ini, kita harus hidup berkomunitas. Kita harus bisa menjadi bagian dari sebuah komunitas karena kita pada dasarnya adalah makhluk sosial. Dalam postingan gw di blog yang lain, gw menjelaskan bahwa dalam hidup ini, takkan ada kebahagiaan dalam kehidupan yang menyendiri. Sebab, saat kita hidup sendiri di dunia ini, kita tidak bisa berbagi dengan orang lain, entah kebahagiaan dan kesedihan. Bayangkan jika kita sedang merasa sangat bahagia dan menemukan tak ada satupun di sekitar kita yang bisa kita ceritakan mengenai perasaan itu. Tentunya hanya akan berakhir sebagai kebahagiaan yang tertahan begitu saja. Tak ada kesenangannya dalam merasa bahagia.

Oleh karena itulah, penting hidup menjadi bagian dari sebuah komunitas. Dalam kehidupan yang solitary, tidak akan ada apa-apa yang bisa mengisi hidup kita. Kebahagiaan kita akan terus terkikis dan kesedihan kita tak bisa kita bagi dengan orang lain. In the end of a solitary life, there is nothing.

Lebih dari itu, ketimbang memilih hidup dalam Community Life seperti yang gw jelaskan di atas, gw lebih memilih Unitary Life. Memang Community Life adalah sifat yang paling sering ditemui dari umat manusia, sebab kita memang makhluk sosial yang berkelompok. Tapi gw kurang suka seperti itu. Gw menyukai hidup yang menjadikan seluruh komunitas menjadi satu kesatuan yang saling menguntungkan (Mutualism Unity). Tetapi, berbeda dengan konsep Globalisasi yang sebenarnya memperlemah negara berkembang dan memperkuat negara maju.

Gw selalu berusaha untuk bisa memasuki segala macam komunitas di dunia. Tidak peduli jenis apa komunitas itu selama mereka menuju ke arah yang benar dan tidak melanggar nilai-nilai kehidupan, maka gw akan berteman dengan komunitas tersebut. Itulah mengapa gw selalu bisa berkomunikasi dengan segala jenis orang, sebab gw pada dasarnya memang ingin menjadi bagian dari komunitas tersebut, tidak hanya sekedar ingin berkomunikasi.

Hal ini disebabkan karena gw tidak mau hidup kesepian di belahan dunia yang tidak gw ketahui, saat gw tiba-tiba harus terpisah dari komunitas utama gw. Kita tidak boleh naif bahwa kita tidak akan selalu bersama-sama dengan komunitas kita. Akan ada saatnya di mana kita bisa terdampar bersama komunitas lain yang mungkin tidak ada hubungannya sekali dengan kita. Apakah kita memilih untuk memisahkan diri dari komunitas tersebut? Jika hal itu yang terjadi, maka kita akan hidup dalam Solitary Life kembali, dan tidak akan memperoleh apa-apa.

Jangan anggap gw naif dalam berusaha melebur dengan segala komunitas, karena mereka yang memilih untuk hidup semata-mata untuk komunitasnya sajalah yang naif. Dunia ini tidak sesempit komunitas kalian. Kita tetap harus memegang teguh kesetiaan pada komunitas kita atau dalam konsep bernegara disebut sebagai Nasionalisme, tetapi jangan sampai nasionalisme mengurung diri kita untuk memasuki komunitas yang lebih besar lagi.

Itulah hidup yang bermakna. Tak ada gunanya bermanfaat bagi komunitas sendiri saja, apalagi bagi diri sendiri saja. In the end of a solitary life, there is nothing, while there might be something worth in a unitary life. Make sure you don't abandon any community as if you're a solitary creature.

Don't give up on your dream!
Dawn

Wednesday, September 17, 2008

The Alterations of Dreams

Postingan ini akan melanjutkan postingan gw sebelumnya yang mengenai “A Cycle Called Day” (Klik dI sini). Di dalamnya gw mengungkapkan betapa impian dan kenyataan aka beputar terus-menerus dan membentuk sebuah siklus tanpa akhir.

Nah, dalam postingan ini, gw ingin embentk ‘extended version’ dari siklus yang telah gw jelaskan itu, yaitu adalah bagaimana semua impian akan dapat diwujudkan pada waktunya. Hal ini bermula dari filosofi dasar hidup gw yang berbunyi:

“If you can DREAM it, then you can DO it!”

Gw selalu berpikir bahwa apa yang dapat kita impikan, sesuatu yang merasuki imajinasi kita, pasti dapat diwujudkan. Pasti! Tidak ada alasan bahwa sesuatu itu adalah mustahil untuk dicapai selama kita dapat memimpiannya.

Akan tetapi, bukankah dalam postingan sebelumnya gw berkata bahwa impian akan menemui seuah kenyataan di mana impian tersebut bisa tercapai atau gagal? Kenapa sekarang gw berkata bahwa emua mimpi pasti bisa dicapai? Itulah mengapa gw menyebutnya sebagai ‘extended version’. Filosofi ini adalah pengembangan dari filosofi sebelumnya.

Impian akan menentukan jalur hidup seseorang. Impianlah yang mendorong manusia untuk melakukan invensi dan inovasi. Berawal dari sebuah impian, manusia akan menciptakan sesuatu. Kemudian, kenyataan menghadang bahwa impian mereka selama ini gagal untuk dicapai. Dalam ‘Basic Version’ akan ada impian baru yang menggantikan impian tersebut dengan impian yamg mungkin lebih feasible. Dan berakhirlah impian awal kita tesebut.

Nah, gw ingin mengatakan impian tersebut, yang sejak awal ada dalam diri kita, tidak akan hilang begitu saja. Akan tetapi, saat sebuah kenyataan kegagalan menghadang diri kita, maka kita akan membentuk impian baru yang sebenarnya hanyalah sebuah perbaikan struktural dari impian awal kita. Dan jika hal tersebut gagal lai, maka akan dibentuk lagi impian baru yang dasarnya sama dan berlanjut terus sampai kita menyerah. Jika kita tidak menyerah, maka dalam waktu yang tidak bisa ditentukan, impian dasar kita akan dapat terwujud, dengan bentuk lain.

Sebagai contoh akan gw berikan ilustrasi. Dahulu kala, manusia sangat ingin terbang layaknya burung di angkasa. Kemudian, apa yang dilakukan manusia? Mula2 mereka akan membuat sayap2an dari kertas untuk kemudian dikepakkan. Ternyata gagal. Muncullah impan baru untuk terbang dengan sayap yang terbuat dari bulu burung. Dan ternyata gagal lagi. Muncullah impian baru untuk mencoba terbang dengan sayap tersebut dengan meloncat dari tempat tinggi kemudian mengepakkan sayap2an itu. Dan masih juga gagal. Impian2 yang sebenarnya hanyalah perubahan struktural dari impian dasar dan masih memiliki impian dasar yang sama, yaitu terbang, akan silih berganti menggantikan impian yang ada seiring dengan datangnya kegagalan. Sampai pada satu tahap, di mana manusia membuat dirinya terbang dengan pesawat yang berbentuk seperti capung baik tubuh dan sayapnya dengan baling2 yang diputar oleh mesin di bagian depan. Dan akhirnya, manusia pun bekelana di angkasa. Sebuah mimpi dasar yaitu terbang seperti burung tetap terwujud, hanya saja dengan wujud yang sedikit berbeda dengan impian awal tetapi memiliki hasil yang sama.

Sebenarnya, itulah yag gw maksud dengan ‘jika kita dapat memimpikannya, kita dapat mewujdkannya’. Karena, manusia adalah makhluk pemimpi ulung yang memiliki kekuatan “To turn fantasy into reality”. Manusia akan terus melakukan ‘Alterations of Dreams in reference with realities’ dalam rangka mewujudkan impian dasarnya yang masih ada dalam benaknya.

Jadi, jangan menyerah dengan mimpi kalian. Selama kita masih bisa bermimpi, kita masih bisa melakukan apa saja dalam mewujudkannya. Reality is just one way to achieve our dreams, depends on what you think about, and how you see the reality that you face. Nothing is impossible, and impossible is nothing. Don’t give up yet while you can still dream. Cuz, your dream awaits.

Dream On!
Dawn

Friday, September 12, 2008

Between Love and Hatred

Love, I must say that it is a double-edged sword. Why? Cuz, i must say that "to love held the risk of to hate".

Yes. Mencintai berarti kita semakin mendekati potensi untuk membenci. Bahkan, semakin besar cinta kita, akan semakin besar risiko kebencian yang akan dihasilkan.

Bayangkan seperti ini, kita menyukai sebuah permainan PS2. Sukaaaa banget. Lw memainkannya setiap hari, berusaha membuka rahasia2nya, berusaha menamatkannya dengan sempurna. Di saat permainan sudah 85% selesai, lengkap dengan rahasia yang berhasil lw pecahkan, tiba2 data permainan lw hilang dan lw harus memulai dari awal. Psikologis manusia akan membuatnya membenci permainan itu dan gak akan menyentuhnya hingga beberapa waktu bahkan selamanya.

Contoh lain masih soal game. Lw main game online. Dengan karakter lw yang uda level 98, equipment dahsyat dan lw dikenal sebagai salah satu legenda game online. Dan tiba2, karakter lw dihack, barang2nya dipretelin, duitnya ilank semua, dan lebih parahnya lagi, karakter yang uda lw buat susah payah itu dihapus secara kejam. Pasti lw akan cenderung malas memainkan game itu lagi.

Nah, jika diaplikasikan dengan cinta antar manusia. Bayangkan lw sangat mencintai seorang wanita. Kemudian, lw berdua uda jadian (ahl yang belum pernah gw alamin) dan lw menjalani proses pacaran yang sangat romantis sehingga lw semakin mencintainya. Tiba2 dya selingkuh. Pasti benci kan? Lw akan muak melihat wajahnya. Lw mungkin bahkan gak mau denger namanya lagi. Semua karena lw terlalu mencintainya. Pasti hasilnya akan beda kalo lw belum jadian dan dya nolak lw pas lw tembak. Gak akan sebenci itu.

Contoh lain adalah jika lw seorang pengabdi kepada negara. Lw habiskan sisa hidup lw unruk mengabdi kepada negara. Lw curahkan semua keringat lw kepada negara, Lw sangat mencintai negara itu. Tiba2 negara mengkhianati lw. Lw dikorbankan sebagai kambing hitam atas semua permasalahan yang dialami negara ini. Pengabdian lw dianggap sebagai proses penghancuran negara, seperti Wijoyo Nitisastro. Secara rasional, lw akan membenci negara lw. Membencinya karena cinta lw yang sangat besar kepada negara disia2kan begitu saja bahkan lw dihancurkan tanpa kasihan.

Begitulah. Cinta terhadap sesuatu menimbulkan sebuah risiko untuk membenci sesuatu tersebut. Tidak harus pengkhianatan. Banyak hal lain yang bisa menimbulkan kebencian. Yang jelas, semakin besar cinta, semakin besar potensi kebencian.

So, jangan terbuai oleh cinta. Cinta itu rasional dan cinta adalah sebuah logika. Terkadang kita harus menepikan romantisme, tetapi jangan sampai melupakannya. Sebagai Dawn yang dipenuhi oleh positive thinking, gw memang masih banyak dipengaruhi romantisme, tetapi setidaknya gw harus bisa menahannya dengan melihat kenyataan.

Dream On!
Dawn

Friday, August 29, 2008

Love, The Double-Edged Sword

If it's love that makes us stronger, then it's also love that makes us weaker...


Yeah, that's what I think.

Gw sudah pernah merasakan bagaimana gw bisa berhasil hanya dengan bermotivasikan gebetan gw doank (Gak juga sihh, ada faktor lain, tp lumayan dominan lahh). Ato gak pengalaman temen2 gw yang blu pernah gw alamin, which is pacaran (Oke, chal. Gw tau apa yang akan lw teriakkan). Katanya banyak banget motivasi yang bisa diperoleh dari cinta (Deeuuhh, romantis amat bunk!). Yeah. Love sometimes will make you strong!

Kebalikannya? Bisa juga! Cinta terkadang menumpulkan perasaan dan pikiran lw. Ada orang2 yang meninggalkan sebuah kesempatan emas hanya karena kekasihnya mungkin gak ngijinin ato minta macem2. Ada juga orang yang mengalami demotivasi karena broken heart. Ato kalo kita ambil contoh nyatanya adalah Soekarno yang kehilangan pamor karena kecintaannya pada wanita. Terkadang, cinta dapat menghancurkan kita.

Nah, benar sekali. Cinta adalah pedang bermata dua. Tajam di kedua sisi. Do satu sisi sangat tajam dalam membelah lawan2 kita, tapi di sisi lain dapat melukai kita juga. Gw termasuk orang yang optimistik di mana umumnya gw memandang cinta sebagai kekuatan, tapi jangan kita abaikan efek sampingnya. Jangan lengah. Sebaiknya kita selalu memandang bright sidenya jika terjadi sesuatu yang buruk tentang cinta. Be optimistic. Seperti kata Dosen gw di J.Co. alias Jomblo College, Prof. Dave Rustiandra, misalnya klo qta ditolak, maka berpikirlah, "Dia yang gak pantes buat gw, bukan gw yang gak pantes buat dia!". Nicely done, Professor.

Jadi begitulah. Cinta punya cost and benefit. Bukan berarti gak memiliki cinta akan beruntung, karena berarti kita gak dapet power of love kan? Makanya, lebih baik, dimaintain dengan baik aja dan always think positive!

Dream On!

Dawn

A Supply and Demand of Life...

Hmm... partner gw The Dusk sudah menuliskan sesuatu tentang apa yg ingin gw post saat ini. Tapi, no matter. Gw akan tetap ngepost dgn sudut pandang gw. Gak akan terlalu berbeda karena memang kami berdua sempat mendiskusikan hal ini.

Oya, milik partner gw bisa dibaca di
sini.

Sejak dulu gw berpikir, tentang dunia impian. Dunia di mana semua orang bahagia. Semua orang kaya. Semua orang tampan dan cantik, Semua orang sempurna. Sebuah kehidupan sempurna di mana tidak ada orang yang tidak sedih. Akankah tercapai?

Semakin dewasa, gw semakin memikirkan hal ini. Bagaimana jika dunia tersebut tercapai? Bisakah?

Kemudian, gw masuk ke dalam sebuah imajinasi. Jika dunia tersebut tercapai. Apakah yang akan terjadi? Semua orang kaya. Dengan kekayaan mereka, mereka akan pensiun. Karena smuanya kaya, untuk apa bekerja. Pada akhirnya, siapa yang akan berusaha untuk memenuhi konsumsi semua orang karena tidak ada yang berusaha. Jika semua orang baik, maka tidak akan ada polisi sebagai penjaga keamanan.

Selebihnya akan sama dengan perkataan Dusk. Jika smua orang memiliki putih, maka tidak akan ada relativitas. Semua akan menjadi absolut. Kita tidak bisa menilai siapa yang jelek dan siapa yang ganteng. Dunia ini menjadi statis.

Pada akhirnya, gw memiliki sebuah kesimpulan, bahwa dunia ini, kehidupan ini diciptakan dari konsep Supply dan Demand. Akan ada yang memberi dan menerima. Akan ada yang kaya dan miskin. Akan ada yang jelek dan ganteng. Mereka semua melebur menjadi sebuah equilibrium di mana terdapat keseimbangan natural antara kaya miskin dan baik buruk. Semua dalam kondisi yang seimbang.

Itulah kebesaran Tuhan. Perhitungannya yang absolut mengenai komposisi dunia ini melebih segala perhitungan manusia. Bahwa dunia ini tidak akan berjalan, berkembang dan dinamis jika diciptakan satu tipe. Dunia ini akan menjadi dunia yang diam di tempat jika dibiarkan demikian. Karena itulah, Tuhan menciptakan dunia dengan Supply dan Demand, di mana ada sebuah kesempatan yang sama untuk semua orang dan pada akhirnya hanya beberapa yang berhasil sesuai dengan supply dan kemudian mampu menaungi yang gagal.

Apa yang muncul di kepala gw ini semakin membuat gw percaya bahwa Tuhan adalah keberadaan yang absolut di dunia ini. Semakin meneguhkan iman gw kepada-Nya,

Dunia impian itu tak mungkin dicapai. Jadi, for once here, i would like to say, "Face the truth, and move forward!". but, really, don;t abandon your dreams, cuz that's what makes this world moves forward.

Dream On!
Dawn

Thursday, August 28, 2008

A Cycle Called Day

Hmm... Dah lama banget pengen nulis tentang ini, tapi blm kesampean. Nah, bru keinget lg pas abis gw curhat2an ma partner gw Shamien The Dusk.

Ini berawal dari filosofi mengapa kami berdua mengambil nama Dawn and Dusk sebagai nama blog ini. Patut diperhatikan bahwa kami mengambil nama ini bukan sekedar karena menginginkan makna Cahaya dan Kegelapan. Makna Dawn and Dusk lebih dari sekedar Cahaya dan Kegelapan.

Dawn atau Fajar adalah kondisi di mana matahari baru saja terbit. Sementara Dusk atau Senja adalah kondisi di mana matahari akan terbenam. Fajar memang dominan dengan datangnya cahaya dan senja dominan dengan hilangnya cahaya. Fajar berarti dimulainya sebuah hari dan senja berarti berakhirnya sebuah hari. Dawn will turn into Dusk and Dusk will turn into Dawn, and so on. That's what we called DAY. Bayangkan bagaimana jika salah satunya hilang. Maka akan terjadi imbalance dalam siklus yang disebut hari itu.

Dawn adalah manifestasi dari Dreams atau Impian. Layaknya sebuah cahaya yang terbit, mereka memberikan pengharapan bagi manusia dan menjanjikan sebuah hari yang baru untuk terus melangkah. Dusk adalah manifestasi dari Reality atau Kenyataan. Seperti sebuah kegelapan yang akan menyelubungi cahaya pada waktunya, mereka membawa mimpi kepada sebuah fakta yang terjadi yang bisa berupa perwujudan atau kegagalan dari sebuah mimpi. Bayangkan dunia tanpa keduanya. Akan ada imbalance juga di dalam kehidupan manusia. Tanpa menyadari kenyataan, manusia akan terus hidup dalam mimpi saja. Sementara tanpa impian, manusia tidak akan bisa melangkah dan berkembang.

Layaknya fajar dan senja, impian dan kenyataan juga memiliki sebuah siklus yang sama. Dawn to Dusk to Dawn to Dusk and so on, and it turns out to be Dream to Reality to Dream to Reality to Dream and so on. How come? Imagine. Kita memiliki sebuah impian, untuk menjadi seorang dokter. Segala usaha kita lakukan dan pada akhirnya kita harus menerima kenyataan bahwa kita gagal. Kitya tidak bisa menjadi dokter. Apakah akan berakhir begitu saja? Tidak. Akan ada impian baru yang merasuki kita. Anggap saja dengan kegagalan itu kita merasa bahwa ilmualam memang tidak cocok dengan kita, lalu kita ambillah kuliah ilmu ekonomi dengan impian menjadi seorang sarjana ekonomi. Dan ternyata, kenyataannya kita berhasil. Apakah selesai? Belum. Keberhasilan kita membuat kita ingin menjadi lebih. Sehingga timbullah impian lagi untuk menjadi seorang peneliti handal dan akhirnya berhasil. Selesai? Tidak sama sekali. AKan timbul lagi impian baru menjadi pemenang nobel dan lain sebagainya dan akan diikuti dengan kenyataan.

Siklus tersebut takkan berhenti. Layaknya fajar dan senja yang baru akan berhenti saat kiamat, siklus impian dan kenyataan hanya akan berhenti saat kita menutup mata kita untuk selamanya. Mereka akan selalu ada selama kita hidup seperti fajar dan senja yang selalu ada selama dunia masih berputar. Dan mereka, saling mengisi satu sama lain untuk menciptakan keseimbangan.

Itulah kami, Dawn and Dusk. Partner gw The Dusk menganalogikannya sebagai sebuah koin di mana kami memang berlawanan sisi, seperti fajar dan senja, dan memiliki sifat yang berbeda, positive thinking (Dawn) dan Cynical (Dusk), akan tetapi kami tetapi berada dalam satu koin yang disebut DAY. Kami memang berbeda dalam pemikiran. Tetapi impian yang dimiliki Dawn (gw) akan selalu diisi dengan kenyataan milik Dusk (Shamien) dan akan gw timpali lagi dengan impian yang lebih rasional dan begitulah seterusnya. Hingga pada akhirnya, kami berharap bisa menemukan keseimbangan dalam impian dan kenyataan seperti fajar dan senja yang memiliki keseimbangan dalam berputar.

Siapa bilang fajar lebih baik dari senja? JIka tak ada senja, maka manusia akan terbakar habis oleh sinar matahari, seperti orang yang terbuai oleh mimpi. Siapa bilang senja lebih baik dari fajar? Jika tak ada senja, maka manusia tidak akan menemukan matahari dan akan terus berkelana dalam kegelapan tanpa mengenal tujuan, seperti orang yang tidak memiliki tujuan karena tidak memiliki cita2.

Pada akhirnya, kita butuh keduanya, fajar dan senja, impian dan kenyataan. Jangan pernah lepaskan keduanya dari kehidupan kita. Seimbangkanlah keduanya. Sebab, merekalah yang membentuk berjalannya waktu di dunia, membentuk kehidupan manusia.

Regards,
Dawn