Postingan ini akan melanjutkan postingan gw sebelumnya yang mengenai “A Cycle Called Day” (Klik dI sini). Di dalamnya gw mengungkapkan betapa impian dan kenyataan aka beputar terus-menerus dan membentuk sebuah siklus tanpa akhir.
Nah, dalam postingan ini, gw ingin embentk ‘extended version’ dari siklus yang telah gw jelaskan itu, yaitu adalah bagaimana semua impian akan dapat diwujudkan pada waktunya. Hal ini bermula dari filosofi dasar hidup gw yang berbunyi:
“If you can DREAM it, then you can DO it!”
Gw selalu berpikir bahwa apa yang dapat kita impikan, sesuatu yang merasuki imajinasi kita, pasti dapat diwujudkan. Pasti! Tidak ada alasan bahwa sesuatu itu adalah mustahil untuk dicapai selama kita dapat memimpiannya.
Akan tetapi, bukankah dalam postingan sebelumnya gw berkata bahwa impian akan menemui seuah kenyataan di mana impian tersebut bisa tercapai atau gagal? Kenapa sekarang gw berkata bahwa emua mimpi pasti bisa dicapai? Itulah mengapa gw menyebutnya sebagai ‘extended version’. Filosofi ini adalah pengembangan dari filosofi sebelumnya.
Impian akan menentukan jalur hidup seseorang. Impianlah yang mendorong manusia untuk melakukan invensi dan inovasi. Berawal dari sebuah impian, manusia akan menciptakan sesuatu. Kemudian, kenyataan menghadang bahwa impian mereka selama ini gagal untuk dicapai. Dalam ‘Basic Version’ akan ada impian baru yang menggantikan impian tersebut dengan impian yamg mungkin lebih feasible. Dan berakhirlah impian awal kita tesebut.
Nah, gw ingin mengatakan impian tersebut, yang sejak awal ada dalam diri kita, tidak akan hilang begitu saja. Akan tetapi, saat sebuah kenyataan kegagalan menghadang diri kita, maka kita akan membentuk impian baru yang sebenarnya hanyalah sebuah perbaikan struktural dari impian awal kita. Dan jika hal tersebut gagal lai, maka akan dibentuk lagi impian baru yang dasarnya sama dan berlanjut terus sampai kita menyerah. Jika kita tidak menyerah, maka dalam waktu yang tidak bisa ditentukan, impian dasar kita akan dapat terwujud, dengan bentuk lain.
Sebagai contoh akan gw berikan ilustrasi. Dahulu kala, manusia sangat ingin terbang layaknya burung di angkasa. Kemudian, apa yang dilakukan manusia? Mula2 mereka akan membuat sayap2an dari kertas untuk kemudian dikepakkan. Ternyata gagal. Muncullah impan baru untuk terbang dengan sayap yang terbuat dari bulu burung. Dan ternyata gagal lagi. Muncullah impian baru untuk mencoba terbang dengan sayap tersebut dengan meloncat dari tempat tinggi kemudian mengepakkan sayap2an itu. Dan masih juga gagal. Impian2 yang sebenarnya hanyalah perubahan struktural dari impian dasar dan masih memiliki impian dasar yang sama, yaitu terbang, akan silih berganti menggantikan impian yang ada seiring dengan datangnya kegagalan. Sampai pada satu tahap, di mana manusia membuat dirinya terbang dengan pesawat yang berbentuk seperti capung baik tubuh dan sayapnya dengan baling2 yang diputar oleh mesin di bagian depan. Dan akhirnya, manusia pun bekelana di angkasa. Sebuah mimpi dasar yaitu terbang seperti burung tetap terwujud, hanya saja dengan wujud yang sedikit berbeda dengan impian awal tetapi memiliki hasil yang sama.
Sebenarnya, itulah yag gw maksud dengan ‘jika kita dapat memimpikannya, kita dapat mewujdkannya’. Karena, manusia adalah makhluk pemimpi ulung yang memiliki kekuatan “To turn fantasy into reality”. Manusia akan terus melakukan ‘Alterations of Dreams in reference with realities’ dalam rangka mewujudkan impian dasarnya yang masih ada dalam benaknya.
Jadi, jangan menyerah dengan mimpi kalian. Selama kita masih bisa bermimpi, kita masih bisa melakukan apa saja dalam mewujudkannya. Reality is just one way to achieve our dreams, depends on what you think about, and how you see the reality that you face. Nothing is impossible, and impossible is nothing. Don’t give up yet while you can still dream. Cuz, your dream awaits.
Dream On!
Dawn
Wednesday, September 17, 2008
The Alterations of Dreams
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
9:59 PM
5
comments
Friday, September 12, 2008
Between Love and Hatred
Love, I must say that it is a double-edged sword. Why? Cuz, i must say that "to love held the risk of to hate".
Yes. Mencintai berarti kita semakin mendekati potensi untuk membenci. Bahkan, semakin besar cinta kita, akan semakin besar risiko kebencian yang akan dihasilkan.
Bayangkan seperti ini, kita menyukai sebuah permainan PS2. Sukaaaa banget. Lw memainkannya setiap hari, berusaha membuka rahasia2nya, berusaha menamatkannya dengan sempurna. Di saat permainan sudah 85% selesai, lengkap dengan rahasia yang berhasil lw pecahkan, tiba2 data permainan lw hilang dan lw harus memulai dari awal. Psikologis manusia akan membuatnya membenci permainan itu dan gak akan menyentuhnya hingga beberapa waktu bahkan selamanya.
Contoh lain masih soal game. Lw main game online. Dengan karakter lw yang uda level 98, equipment dahsyat dan lw dikenal sebagai salah satu legenda game online. Dan tiba2, karakter lw dihack, barang2nya dipretelin, duitnya ilank semua, dan lebih parahnya lagi, karakter yang uda lw buat susah payah itu dihapus secara kejam. Pasti lw akan cenderung malas memainkan game itu lagi.
Nah, jika diaplikasikan dengan cinta antar manusia. Bayangkan lw sangat mencintai seorang wanita. Kemudian, lw berdua uda jadian (ahl yang belum pernah gw alamin) dan lw menjalani proses pacaran yang sangat romantis sehingga lw semakin mencintainya. Tiba2 dya selingkuh. Pasti benci kan? Lw akan muak melihat wajahnya. Lw mungkin bahkan gak mau denger namanya lagi. Semua karena lw terlalu mencintainya. Pasti hasilnya akan beda kalo lw belum jadian dan dya nolak lw pas lw tembak. Gak akan sebenci itu.
Contoh lain adalah jika lw seorang pengabdi kepada negara. Lw habiskan sisa hidup lw unruk mengabdi kepada negara. Lw curahkan semua keringat lw kepada negara, Lw sangat mencintai negara itu. Tiba2 negara mengkhianati lw. Lw dikorbankan sebagai kambing hitam atas semua permasalahan yang dialami negara ini. Pengabdian lw dianggap sebagai proses penghancuran negara, seperti Wijoyo Nitisastro. Secara rasional, lw akan membenci negara lw. Membencinya karena cinta lw yang sangat besar kepada negara disia2kan begitu saja bahkan lw dihancurkan tanpa kasihan.
Begitulah. Cinta terhadap sesuatu menimbulkan sebuah risiko untuk membenci sesuatu tersebut. Tidak harus pengkhianatan. Banyak hal lain yang bisa menimbulkan kebencian. Yang jelas, semakin besar cinta, semakin besar potensi kebencian.
So, jangan terbuai oleh cinta. Cinta itu rasional dan cinta adalah sebuah logika. Terkadang kita harus menepikan romantisme, tetapi jangan sampai melupakannya. Sebagai Dawn yang dipenuhi oleh positive thinking, gw memang masih banyak dipengaruhi romantisme, tetapi setidaknya gw harus bisa menahannya dengan melihat kenyataan.
Dream On!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
8:49 PM
2
comments
Labels: dawn, love, romantisme
Friday, August 29, 2008
Love, The Double-Edged Sword
If it's love that makes us stronger, then it's also love that makes us weaker...
Yeah, that's what I think.
Gw sudah pernah merasakan bagaimana gw bisa berhasil hanya dengan bermotivasikan gebetan gw doank (Gak juga sihh, ada faktor lain, tp lumayan dominan lahh). Ato gak pengalaman temen2 gw yang blu pernah gw alamin, which is pacaran (Oke, chal. Gw tau apa yang akan lw teriakkan). Katanya banyak banget motivasi yang bisa diperoleh dari cinta (Deeuuhh, romantis amat bunk!). Yeah. Love sometimes will make you strong!
Kebalikannya? Bisa juga! Cinta terkadang menumpulkan perasaan dan pikiran lw. Ada orang2 yang meninggalkan sebuah kesempatan emas hanya karena kekasihnya mungkin gak ngijinin ato minta macem2. Ada juga orang yang mengalami demotivasi karena broken heart. Ato kalo kita ambil contoh nyatanya adalah Soekarno yang kehilangan pamor karena kecintaannya pada wanita. Terkadang, cinta dapat menghancurkan kita.
Nah, benar sekali. Cinta adalah pedang bermata dua. Tajam di kedua sisi. Do satu sisi sangat tajam dalam membelah lawan2 kita, tapi di sisi lain dapat melukai kita juga. Gw termasuk orang yang optimistik di mana umumnya gw memandang cinta sebagai kekuatan, tapi jangan kita abaikan efek sampingnya. Jangan lengah. Sebaiknya kita selalu memandang bright sidenya jika terjadi sesuatu yang buruk tentang cinta. Be optimistic. Seperti kata Dosen gw di J.Co. alias Jomblo College, Prof. Dave Rustiandra, misalnya klo qta ditolak, maka berpikirlah, "Dia yang gak pantes buat gw, bukan gw yang gak pantes buat dia!". Nicely done, Professor.
Jadi begitulah. Cinta punya cost and benefit. Bukan berarti gak memiliki cinta akan beruntung, karena berarti kita gak dapet power of love kan? Makanya, lebih baik, dimaintain dengan baik aja dan always think positive!
Dream On!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
4:58 PM
6
comments
A Supply and Demand of Life...
Hmm... partner gw The Dusk sudah menuliskan sesuatu tentang apa yg ingin gw post saat ini. Tapi, no matter. Gw akan tetap ngepost dgn sudut pandang gw. Gak akan terlalu berbeda karena memang kami berdua sempat mendiskusikan hal ini.
Oya, milik partner gw bisa dibaca di sini.
Sejak dulu gw berpikir, tentang dunia impian. Dunia di mana semua orang bahagia. Semua orang kaya. Semua orang tampan dan cantik, Semua orang sempurna. Sebuah kehidupan sempurna di mana tidak ada orang yang tidak sedih. Akankah tercapai?
Semakin dewasa, gw semakin memikirkan hal ini. Bagaimana jika dunia tersebut tercapai? Bisakah?
Kemudian, gw masuk ke dalam sebuah imajinasi. Jika dunia tersebut tercapai. Apakah yang akan terjadi? Semua orang kaya. Dengan kekayaan mereka, mereka akan pensiun. Karena smuanya kaya, untuk apa bekerja. Pada akhirnya, siapa yang akan berusaha untuk memenuhi konsumsi semua orang karena tidak ada yang berusaha. Jika semua orang baik, maka tidak akan ada polisi sebagai penjaga keamanan.
Selebihnya akan sama dengan perkataan Dusk. Jika smua orang memiliki putih, maka tidak akan ada relativitas. Semua akan menjadi absolut. Kita tidak bisa menilai siapa yang jelek dan siapa yang ganteng. Dunia ini menjadi statis.
Pada akhirnya, gw memiliki sebuah kesimpulan, bahwa dunia ini, kehidupan ini diciptakan dari konsep Supply dan Demand. Akan ada yang memberi dan menerima. Akan ada yang kaya dan miskin. Akan ada yang jelek dan ganteng. Mereka semua melebur menjadi sebuah equilibrium di mana terdapat keseimbangan natural antara kaya miskin dan baik buruk. Semua dalam kondisi yang seimbang.
Itulah kebesaran Tuhan. Perhitungannya yang absolut mengenai komposisi dunia ini melebih segala perhitungan manusia. Bahwa dunia ini tidak akan berjalan, berkembang dan dinamis jika diciptakan satu tipe. Dunia ini akan menjadi dunia yang diam di tempat jika dibiarkan demikian. Karena itulah, Tuhan menciptakan dunia dengan Supply dan Demand, di mana ada sebuah kesempatan yang sama untuk semua orang dan pada akhirnya hanya beberapa yang berhasil sesuai dengan supply dan kemudian mampu menaungi yang gagal.
Apa yang muncul di kepala gw ini semakin membuat gw percaya bahwa Tuhan adalah keberadaan yang absolut di dunia ini. Semakin meneguhkan iman gw kepada-Nya,
Dunia impian itu tak mungkin dicapai. Jadi, for once here, i would like to say, "Face the truth, and move forward!". but, really, don;t abandon your dreams, cuz that's what makes this world moves forward.
Dream On!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
4:25 PM
2
comments
Labels: dawn, human being, Life
Thursday, August 28, 2008
A Cycle Called Day
Hmm... Dah lama banget pengen nulis tentang ini, tapi blm kesampean. Nah, bru keinget lg pas abis gw curhat2an ma partner gw Shamien The Dusk.
Ini berawal dari filosofi mengapa kami berdua mengambil nama Dawn and Dusk sebagai nama blog ini. Patut diperhatikan bahwa kami mengambil nama ini bukan sekedar karena menginginkan makna Cahaya dan Kegelapan. Makna Dawn and Dusk lebih dari sekedar Cahaya dan Kegelapan.
Dawn atau Fajar adalah kondisi di mana matahari baru saja terbit. Sementara Dusk atau Senja adalah kondisi di mana matahari akan terbenam. Fajar memang dominan dengan datangnya cahaya dan senja dominan dengan hilangnya cahaya. Fajar berarti dimulainya sebuah hari dan senja berarti berakhirnya sebuah hari. Dawn will turn into Dusk and Dusk will turn into Dawn, and so on. That's what we called DAY. Bayangkan bagaimana jika salah satunya hilang. Maka akan terjadi imbalance dalam siklus yang disebut hari itu.
Dawn adalah manifestasi dari Dreams atau Impian. Layaknya sebuah cahaya yang terbit, mereka memberikan pengharapan bagi manusia dan menjanjikan sebuah hari yang baru untuk terus melangkah. Dusk adalah manifestasi dari Reality atau Kenyataan. Seperti sebuah kegelapan yang akan menyelubungi cahaya pada waktunya, mereka membawa mimpi kepada sebuah fakta yang terjadi yang bisa berupa perwujudan atau kegagalan dari sebuah mimpi. Bayangkan dunia tanpa keduanya. Akan ada imbalance juga di dalam kehidupan manusia. Tanpa menyadari kenyataan, manusia akan terus hidup dalam mimpi saja. Sementara tanpa impian, manusia tidak akan bisa melangkah dan berkembang.
Layaknya fajar dan senja, impian dan kenyataan juga memiliki sebuah siklus yang sama. Dawn to Dusk to Dawn to Dusk and so on, and it turns out to be Dream to Reality to Dream to Reality to Dream and so on. How come? Imagine. Kita memiliki sebuah impian, untuk menjadi seorang dokter. Segala usaha kita lakukan dan pada akhirnya kita harus menerima kenyataan bahwa kita gagal. Kitya tidak bisa menjadi dokter. Apakah akan berakhir begitu saja? Tidak. Akan ada impian baru yang merasuki kita. Anggap saja dengan kegagalan itu kita merasa bahwa ilmualam memang tidak cocok dengan kita, lalu kita ambillah kuliah ilmu ekonomi dengan impian menjadi seorang sarjana ekonomi. Dan ternyata, kenyataannya kita berhasil. Apakah selesai? Belum. Keberhasilan kita membuat kita ingin menjadi lebih. Sehingga timbullah impian lagi untuk menjadi seorang peneliti handal dan akhirnya berhasil. Selesai? Tidak sama sekali. AKan timbul lagi impian baru menjadi pemenang nobel dan lain sebagainya dan akan diikuti dengan kenyataan.
Siklus tersebut takkan berhenti. Layaknya fajar dan senja yang baru akan berhenti saat kiamat, siklus impian dan kenyataan hanya akan berhenti saat kita menutup mata kita untuk selamanya. Mereka akan selalu ada selama kita hidup seperti fajar dan senja yang selalu ada selama dunia masih berputar. Dan mereka, saling mengisi satu sama lain untuk menciptakan keseimbangan.
Itulah kami, Dawn and Dusk. Partner gw The Dusk menganalogikannya sebagai sebuah koin di mana kami memang berlawanan sisi, seperti fajar dan senja, dan memiliki sifat yang berbeda, positive thinking (Dawn) dan Cynical (Dusk), akan tetapi kami tetapi berada dalam satu koin yang disebut DAY. Kami memang berbeda dalam pemikiran. Tetapi impian yang dimiliki Dawn (gw) akan selalu diisi dengan kenyataan milik Dusk (Shamien) dan akan gw timpali lagi dengan impian yang lebih rasional dan begitulah seterusnya. Hingga pada akhirnya, kami berharap bisa menemukan keseimbangan dalam impian dan kenyataan seperti fajar dan senja yang memiliki keseimbangan dalam berputar.
Siapa bilang fajar lebih baik dari senja? JIka tak ada senja, maka manusia akan terbakar habis oleh sinar matahari, seperti orang yang terbuai oleh mimpi. Siapa bilang senja lebih baik dari fajar? Jika tak ada senja, maka manusia tidak akan menemukan matahari dan akan terus berkelana dalam kegelapan tanpa mengenal tujuan, seperti orang yang tidak memiliki tujuan karena tidak memiliki cita2.
Pada akhirnya, kita butuh keduanya, fajar dan senja, impian dan kenyataan. Jangan pernah lepaskan keduanya dari kehidupan kita. Seimbangkanlah keduanya. Sebab, merekalah yang membentuk berjalannya waktu di dunia, membentuk kehidupan manusia.
Regards,
Dawn
Saturday, August 16, 2008
Shadows among Light
Sunray, feels so good...
Apakah di antara kalian ada yang belum pernah melihat bayangan? Pastinya semua pernah. Nah, kapan bayangan iu muncul?
Pada saat kita berdiri di bawah matahari? Saat kita menghadap sebuah lampu? Saat kita menyinari sebuah benda dengan senter?
Semua benar! Bayangan muncul karena ada cahaya yang menerpa sebuah benda atau objek. Dengan kata lain, kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa di mana ada cahaya, maka akan ada bayangan di sana. Jika tidak ada cahaya sama sekali, maka tak akan ada bayangan, yang ada hanya kegelapan pekat.
Hal ini dapat kita interpretasikan dalam kehidupan manusia. Cahaya adalah perlambang dari seseorang yang berkuasa, berhasil atau kuat. Mereka adalah, layaknya sebuah cahaya, orang2 yang menjadi pusat perhatian orang lain. Orang lain akan melihat ke arah mereka layaknya mereka melihat ke arah cahaya.
Tapi ingat! Di mana ada cahaya, pasti ada bayangan. Ya! Pasti akan ada orang2 yang tidak menyukai orang tersebut dan ingin menjatuhkannya. Semakin terang cahayanya, maka bayangannya akan semakin besar dan semakin pekat. Artinya, semakin kuat, berhasil atau berkuasanya seseorang, akan semakin banyak orang yang memusuhinya. Layaknya sebuah bayangan. mereka akan terlihat tidak berbahaya. Tetapi, sebenarnya mereka menanti sebuah momen. menanti sebuah momen untuk menghilangkan sang cahaya.
Oleh karena itulah, kita harus berhati-hati. Semakin bercahaya kita, akan semakin banyak orang yang tidak suka pada kita. Kita harus bisa waspada terhadap bayangan2 yang timbul karena keberhasilan dan kemampuan kita. Karena mereka siap untuk menghabisi kita pada saat kita tidak menghendakinya.
Dream On!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
10:56 AM
1 comments
Friday, August 15, 2008
One-Sided Justice
Sunrise, means Dawn is here!
Apa yang gw post ini sedikit berhubungan dengan posting gw zaman dahulu kala. Mungkin ada baiknya pembaca meliaht2 dulu posting tersebut (klik di sini).
Banyak dari kita menginginkan keadilan. Di jalanan banyak orang yang berdemo meminta keadilan. Di rumah banyak anak meminta keadilan. Di mana pun, di sudut mana pun di dunia ini, banyak orang meminta keadilan.
Tapi, sadarkah kita tentang betapa relatifnya sesuatu yang bernama 'Justice' ini?
Bukankah peristiwa 911 di WTC, bom bali, dan lain sebagainya adalah tindakan untuk meminta keadilan. Tapi, keadilan untuk siapa? Apakah pelakunya tidak memikirkan keadilan para korban yang mati karena perbuatan mereka. Mereka yang seharusnya masih dapat hidup, bertemu keluarganya, bekerja dan lain sebagainya akhirnya harus mati atas nama 'Keadilan' yang dibawa oleh sang pelaku.
Hal ini jelas menunjukkan betapa relatifnya keadilan di dunia ini. Manusia, umumnya memandang keadilan sebagai sesuatu yang adil bagi dirinya. Mungkin ada benarnya kata2 dari Adam Smith bahwa manusia bergerak atas Self Interest. Keadilan yang kita minta pada umumnya adalah keadilan bagi kita sendiri, untuk memenuhi Self Interest kita.
Itulah yang disebut One-Sided Justice, Keadilan Sepihak. Keadilan yang hanya diperuntukkan bagi satu pihak saja tanpa memperdulikan keseluruhan individu secara kolektif. Dan, jangan menyebut itu sebagai keadilan, jika hanya sepihak. Keadilan adalah sebuah konsep di mana seluruh pihak yang dilibatkan merasa adil dan puas, dengan kata lain sebuah kesepakatan kolektif. Dan itulah keadilan yang sesungguhnya.
Sangat sulit untuk mencapai keadilan murni. Sebab, manusia diciptakan dengan ego untuk memajukan dirinya sendiri. Dan jika kita beranggapan mana bisa hal seperti itu terjadi di dunia ini, maka pepatah yang mengatakan "There's no justice in the world, and they never won" adalah benar adanya.
Janganlah menyebut sesuatu sebagai sebuah keadilan jika hanya menguntungkan satu pihak saja. Justice is the right of all sentient beings in this world.
Dream On!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
8:59 AM
1 comments
Thursday, August 14, 2008
Leaders: In My Point of View
Night has passed, here goes the Dawn...
Pemimpin adalah sebuah simbol yang pasti ada di mana pun juga. Dalam sebuah negara, sebuah partai, sebuah entitas, sebuah grup/kelompok, sebuah keluarga, bahkan dalam setiap individu. Setiap orang memiliki pemikirannya masing2 mengenai pemimpin yang ideal. Begitu juga gw. Gw juga punya kriteria pemimpin yang ideal.
Kriteria utama pemimpin yang ideal bagi gw sangat simpel. Gak usah muluk2. Kriteria yang akan gw sebutkan adalah sesuatu yang membedakan subordinat dengan pemimpin.
Sebut saja dalam sebuah entitas, anggap saja sebuah organisasi, terdapat staff dan kepala divisi yang akan dipimpin oleh Ketua sebagai pemimpin utama. Seorang staff, dalam mengerjakan tugasnya hanya akan memikirkan apa yang dia kerjakan sekarang. Bahwa sia telah diserahi tugas dan dia harus menyelesaikan tugasnya tersebut. Kepala divisi yang membawahi staff tersebut adalah pihak yang akan berpikir satu atau dua langkah lebih maju dari para staff. Merekalah yang akan memikirkan tindakan apa yang harus diambil setelah tahap ini atau jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Bagaimana dengan pemimpin? Pemimpin tidak cukup hanya memikirkan kondisi sekarang, atau 2-3 langkah ke depan. Mereka harus memikirkan yang sudah terjadi, yang saat ini dilakukan, kemudian 2-3 tahap ke depan dan seluruh langkah hingga suatu tujuan bisa dicapai. Sesuatu yang membedakan pemimpin dan subordinatnya adalah bahwa pemimpin harus memiliki sesuatu yang disebut VISI. Pemimpin harus tahu ke manakah keseluruhan entitas yang dipimpinnya akan dibawa. Oleh karena itu, tidak cukup bagi pemimpin untuk hanya mempertimbangkan saat ini dan beberapa langkah ke depan. Menjadi seorang yang visioner haruslah mempertimbangkan keseluruhan langkah dan tindakan bahkan yang sudah terjadi hingga tujuan tercapai (Past, Present, Future).
Buat gw, itulah makna menjadi seorang pemimpin, yaitu menjadi seorang yang VISIONER. Karena jika pemimpin tidak memiliki visi, sehingga tidak tahu harus ke mana entitasnya di bawa, maka sang pemimpin tidak akan menjadi nakhoda yang baik. Entitas yang dipimpinnya hanya akan tersesat tanpa mengetahui arah.
So, buat teman2 yang ingin menjadi pemimpin, start with a VISION.
Dream On!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
10:53 AM
0
comments
Wednesday, August 13, 2008
Bus Stop
Pagi yang cerah untuk jiwa yang sepi...
Banyak sekali analogi tentang kehidupan di dunia ini. Setiap orang memiliki analoginya masing-masing dan bisa berbeda-beda interpretasinya. Gw memiliki beberapa interpretasi mengenai kehidupan ini. Dan salah satunya akan gw bahas di sini.
Gw menganalogikan kehidupan ini sebagai Bus Stop. Bisa juga disebut halte, terminal atau stasiun dan lain sebagainya. Hanya saja, intinya adalah kehidupan ini adalah sebuah perhentian dalam perjalanan kita.
Lahir ke dalam kehidupan ini adalah sama dengan sampai ke bus stop untuk pertama kalinya. Layaknya orang yang baru sampai di bus stop tersebut, kita belum mengetahui apa2 tentang dunia ini. Nah, mengapa gw menggunakan bus stop sebagai salah satu analogi gw? Di dunia ini, kita berhenti untuk menunggu bus menuju kehidupan berikutnya atau bisa juga disebut kematian.
Nah, layaknya kehidupan kita ini, kita bisa memilih, apakah kita akan diam saja untuk menunggu bus berikutnya. Atau, apakah kita akan mengisi penantian kita dengan sesuatu. Misalnya, berjalan-jalan ke sekitar bus stop, melakukan eksplorasi terhadap dunia ini. Jika kia berdiam diri, maka kita akan menuju kehidupan berikutnya tanpa meninggalkan jejak. Sebaiknya kita memilih pilihan kedua. Kita melakukan eksplorasi terhadap daerah sekitar bus stop. Setelah melakukan eksplorasi, kita bisa melihat sebenarnya apa yang diperlukan bus stop ini agar semakin indah atau semakin baik. Kemudian kita bisa mengusulkannya ke petugas bus stop atau kita sendiri yang melakukannya.
Hal tersebut layaknya kita di dunia ini. Mengeksplorasi dunia ini, melihat apa yang sebenarnya diperlukan dunia ini, menyusun sebuah ilmu pengetahuan yang akan kita ajukan kepada pemimpin di dunia ini, atau mengajak manusia lain memperindah dunia ini atau melakukannya sendiri. Dengan demikian, orang2 yang tiba di bus stop ini berikutnya akan tahu bahwa pada masa2 sebelumnya, ada seseorang bernama X (anggap saja itu nama kita) yang pernah berhenti di dunia ini dan dia telah berpartisipasi dalam membuat bus stop ini menjadi baik.
That's just like what we've been doing in this world.
Nah, sekarang. Apakah di bus stop yang disebut kehidupan ini, kalian akan berdiam diri, atau mengeksplorasinya atau kalian akan berpartisipasi dalam memperindah bus stop ini sembari menanti bus yang menjemput kita ke dunia berikutnya? Itu adalah pilihan kita masing-masing.
Jadi, pilihlah...
Dream On!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
7:00 AM
2
comments
Rival
Malam telah berlalu, dan akhirnya... Matahari Fajar!!
Pepatah zaman dahulu pernah berkata," Sahabat yang terbaik di dunia ini, adalah Rival yang terbaik."
Yup! Gw sangat setuju dengan pendapat ini. Gw adalah seorang yang sangat menghargai persahabatan lebih dari apapun kecuali keluarga. Akan tetapi, ada suatu hal yang tidak kalah berharganya bagi gw selalin sahabat, yaitu rival.
Apa yang dapat rival lakukan terhadap kita? Bukankah rival adalah musuh terbesar kita? Tidak! Rival dan musuh adalah dua hal yang berbeda. Sementara musuh akan melakukan segala hal untuk menjatuhkan kita dan memenangkan dirinya. Rival bermain dengan fair untuk bersama2 dengan kita mencapai yang terbaik di atas yang lain.
Lalu, apa untungnya memiliki rival? Rival adalah sebuah automatic motivator bagi diri kita. Bayangkan jika ternyata rival kita berhasil melakukan sesuatu sementara kita masih belum melakukan apa2, jika memang ada persaingan sehat di antara kita dan rival kita, maka kita akan termotivasi secara otomatis untuk tidak mau kalah dengan rival kita.
Rival tidak menanamkan rasa benci terhadap kita. Rival hanya menumbuhkan bibit persaingan di antara kita. Bibit persaingan yang akan terus tumbuh dan membuahkan persahabatan melebih pertemanan lainnya. Dibandingkan sebuah musuh, rival adalah sahabat kita. Rival adalah orang yang akan merasa kehilangan jika kita tidak ada, karena itu berarti persaingan tidak dapat dilanjutkan. Rival adalah orang yang paling care terhadap kita, karena merekalah orang yang paling ingin bersaing dengan kita dalam kondisi sama2 prima.
Dengan demikian, lengkaplah bahwa rival adalah sahabat, sahabat yang bersaing dengan kita untuk menjadi yang terbaik. Kita sebaiknya memiliki rival dalam hidup ini. Akan tetapi, tival sebaiknya hanya satu orang saja. Karena terlalu banyak rival hanya akan menambah lawan sebab beberap rival akan merasa kita tidak menganggapnya sebagai rival, melainkan hanya orang lain saja. Karena itulah, berhati-hatilah dalam memilih rival. Jika kita sudah menentukan seorang sebagai rival, maka jadikanlah yang lain sebagai sahabat atau partner. Agar kita tidak mendapat lawan.
Dream On!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
6:45 AM
0
comments
Labels: dawn, persaingan
Wednesday, July 23, 2008
Miracles Inside Us
Yak! Tema gw kali ini memang nostalgic posting. Sekali lagi gw tuliskan extended version dari postingan gw zaman bahela dulu.
Hmm.. Gw terinspire dengan lagu dari Prince of Egypt yang dinyanyiin Whitney Houston dan Mariah Carey yang berjudul When You Believe. Here's the lyrics.
There can be miracles, when you believe
Though hope is frail, it's hard to kill
Who knows what miracles you can achieve
When you believe, somehow you will
You will when you believe
I guess you already heard that song. Very inspiring. Itu tadi cuma sepenggalan doank. Sepanjang lagunya liriiknya sangat bagus dan inspiring.
Kita pasti pernah berada di posisi di mana kita kepepet dan kesulitan menghadapi kenyataan yang ada di depan kita. Kita merasa bahwa harapan itu sudah habis. Kita merasa bahwa tak ada yang bisa kita lakukan. Kemudian kita mengharapkan sebuah keajaiban yang dapat membuat kita keluar dari kondisi ini.
You pray, You ask, You wish...
Tapi hal itu tak akan mengubah apa2. Kebanyakan dari manusia hanyalah menginginkan keajaiban saja. Kebanyakan dari manusia hanya menanti datangnya keajaiban saja. Tapi, tidak mencari keajaiban itu sendiri, dengan tenaga kita sendiri.
Kita tak sadar. Bahwa sebenarnya, Tuhan Maha Adil. Tuhan memberikan rejeki yang berbeda pada tiap orang, nasib yang berbeda pada tiap orang. Tapi, keadilan Tuhan, memberikan setiapa manusia kekuatan yang sama. MIRACLE.
Tuhan memeberikan keajaiban pada tiap manusia di muka bumi. Kita hanya tidak menyadarinya saja. KIta hanya meminta keajaiban, tanpa mengetahui bahwa kitalah keajaiban itu sendiri. Kitalah orang2 yang bisa menciptakan keajaiban itu. Kita tidak tahu keajaiban apa yang bisa kita ciptakan. Tapi, setidaknya kita haru spercaya. Kita haru spercaya dan mewujudkannya dengan tenaga kita sendiri. Doa adalah percuma tanpa perbuatan.
Jadi, saatnya kita membuka mata. Keajaiban itu harus dicari sampai pada saat di mana cuma tinggal Tuhan yang menentukan apakah keajaiban itu akan turun atau tidak. Manusia hanya bisa mengusahakan sampai 99%nya saja. Tuhan akan selalu memiliki bagian dalam penentuannya. So, do what you can, believe on what you do, leave the rest to God.
We are always hoping for a miracle, without knowing that we are the miracle itself,
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
9:06 AM
1 comments
A Glass Called Friendship
Hmm.. Ini pernah gw tulis di blog gw yg lain. Tp mgkn waktu itu krg mendalam. Nah gw ingin menginterpretasikannya lagi.
Lw semua pasti pernah dounk punya sahabat, ato mungkin saat ini lw memiliki seorang sahabat setia. Memiliki sahabat pasti sangat menyenangkan. Lw memiliki sebuah wadah untuk bisa memenuhi hidup lw, layaknya sebuah gelas di mana kita bisa manjadikannya wadah untuk mengisi air.
Nah, bagaimana jika persahabata itu hancur? Jika kita sangat menyayangi sahabat kita, maka kita pasti akan berusaha untuk memperbaikinya bukan? Memperbaiki gelas yang pecah tersebut. Tetapi, bagaimana jika kita semakin terluka saat berusaha memperbaikinya.
Persahabatan itu layaknya sebuah gelas. Terkadang, kita harus membiarkannya hancur berkeping-keping daripada tangan kita terluka saat memperbaikinya.
Ya. Tidak mudah memperbaiki sebuah persahabatan. Kita bisa saja menjadi semakin terluka jika kita memaksakan untuk memegang seluruh pecahan kaca yang tajam itu. Seperti sebuah gelas, terkadang sebaiknya kita membuang saja gelas yang sudah pecah itu dan menggantinya dengan yang baru.
Lebih jauh lagi, seperti sebuah gelas, semakin erat persahabatan, semakin sulit dikembalikan jika sudah terpecah. Gelas kaca akan mudah pecah dan pecah menjadi bagian yang besar2, sehingga mudah diperbaiki. Hanya saja, karena kita merasa gelas itu tidak cukup berharga, maka kita buang saja, seperti kita merasa bahwa teman kita ini bukanlah sahabat dekat kita, hanya teman biasa.
Tapi, bayangkan jika itu adalah gelas kristal? Sulit sekali pecah. Dibanting sekalipun belum tentu pecah berkeping-keping, Tapi bayangkan, jika gelas itu tiba2 terjatuh dan pecah berkeping-keping. Dia akan hancur menjadi bagian yang kecil-kecil karena sifat dasar kristal, dan jelas sekali akan sulit membetulkannya lagi. Dan mungkin karena gelas kristal sangatlah berharga, kita akan sedih karena kehancurannya. Itulah sahaat sejati. Jika kita benar2 bertengkar hebat hingga terputus, merasa dikhianati atau sebagainya, kita akan lebih sulit memaafkannya, dan jelas akan lebih menyakitkan saat kita berusaha memperbaikinya.
Itulah persahabatan. Apakah kita akan memperbaiki gelas itu? Semua tergantung diri kita sendiri. Maukah kita berkorban menyakiti hati kita demi mendapatkan kembali sahabat yang selalu mengisi hidup kita? Setiap orang akan berpandangan lain.
So, seperti apakah kamu?
Dreaming my way!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
8:48 AM
1 comments
Labels: dawn, friendship
Wednesday, July 16, 2008
The Last Man Standing...
Ini adalah filosofi hidup gw. Ada hubungannya dengan salah satu tulisan gw di Red Card Green Card. Uda lama gak nulis filosofi seserius ini.
Pernahkah lw merasa kesulitan? Pernahkan lw merasa hampir tidak ada harapan? Pernahkah lw merasa semua akan berakhir? Semua pasti pernah merasa demikian. Perasaan di mana kita merasa mencoba atau berusaha pun takkan ada gunanya. Perasaan di mana menyerah adalah satu2nya jalan keluar.
Gw pun pernah merasa demikian. Tapi, dalam kondisi itu pun, menyerah adalah satu2nya hal terakhir yg gw lakukan. Menyerah adalah kata yang sangat tabu bagi gw. Lebih baik gw mati berjuang daripada hidup menyerahkan diri.
Setiap kali gw menyerah, gw merasa malu pada diri gw. Gw selalu membayangkan jika suatu saat nanti gw menjadi pengambil keputusan di negara ini dan gw menghadapi sebuah masalah sulit. Dan kemudian gw menyerah. Apa jadinya?
Mungkin semua ini bermula dari semasa kecil gw. Di mana ekspektasi orang tua gw yang sangat besar kepada gw, dan terus mendorong gw untuk maju dan berkembang. Dan lebih baiknya lagi, ekspektasi orang tua gw yg tinggi membuat gw gak mau nyerah sampe akhir, sampe gw uda gak bisa apa2 lg. Karena jika gw kesulitan, di kepala gw terdengar suara bahwa gw gak boleh mengecewakan orang tua gw. Dan itu membuat gw gak mau berhenti sampe smua slesai.
"Bahkan saat dunia runtuh, aku ingin tetap dapat berdiri tegak, sebab aku ingin membangunnya kembali."
Gw gak mau nyerah sampe akhir. Gw gak boleh menyerah terlebih dahulu dibandingkan orang lain. Karena gw bertekad, bahwa gw haruslah membangkitkan lagi orang2 di sekeliling gw yang sudah menyerah. Bagaimana gw bisa membantu mereka jika gw menyerah. Teruama jika ternyata mereka memiliki ekspektasi besar dan menaruh harapan pada gw. Seperti yang gw tulis di atas, walau dunia runtuh, gw ingin untuk tidak terbawa runtuh, gw ingin membangun dunia itu kembali jika bisa.
Menjadi The Last Man Standing yang membangkitkan kembali semua yang telah berakhir. Menjadi yang terakhir untuk menyerah. Dan untuk itulah, gw berjuang, hingga saat ini. Biarlah orang mengatakan gw ambisius. Biarlah orang mengatakan gw keras kepala. Biarlah orang mengatakan gw naif.
Tapi gw punya prinsip, bahwa gw tak mau menyerah jika masih ada satu saja makhluk hidup di dunia ini yang belum menyerah.
Tread on the ground 'til the end!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
9:57 PM
0
comments
Tuesday, July 15, 2008
When You Wish A Time Machine
Pernahkah lw berpikir seperti ini dalam hidup lw?
"Seandainya saja waktu itu gw..."
"Duhh, knapa sih waktu itu gw bgini?"
"I wish I could turn back time..."
"Gw pengen punya mesin waktu untuk memperbaiki masa lalu..."
Yup! Guess almost everyone might think of those! Tapi, dalam beberapa tahun ini, gw semakin memahami sesuatu. That those thoughts sound so LAME!
Gw tau, tak ada orang yang tak menyesal. Tapi, betapa penyesalan itu membuat kita sampai ingin memutarbalikkan waktu? Itu terlalu berlebihan. Orang yang berpikir untuk memutarbalikkan waktu adalah orang yang tidak memandang ke depan. Dia selalu terpenjara dengan kenyataan masa lalu.
Setiap kali ada penyesalan dalam diri gw, tak pernah gw pikirkan untuk menggunakan mesin waktu untuk mengubahnya. Karena bagi gw, masa lalu, sepahit apapun, adalah sesuatu yang berharga.
Dari sisi apa? Dari sisi kenyataan bahwa kita sampai saat ini masih bisa hidup dan menyesali perbuatan kita. Masa lalu itulah yang membuat kita masih ada hingga saat ini. Masa lalu itulah yang membuat kita masih hidup. Tak peduli seberapa menyakitkan, fakta bahwa kita masih hidup saat ini adalah karena adanya masa lalu itu.
Orang tidak boleh seenaknya mengubah waktu, walaupun bisa. Karena waktu adalah hal yang sangat rentan. Sedikit saja kita mengubahnya, maka efeknya akan besar dalam kehidupan, itulah kata Chaos Theory.
Jadi, janganlah sesali masa lalu kita. Jadikan sebagai pelajaran, tapi teruslah menatap ke depan.
With a Will!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
7:03 PM
0
comments
Monday, July 14, 2008
Lifetime Wish...
Waaahhh... Matahari Pagiiii!!!
Gw baru aja menonton sebuah film di televisi yang judulnya adalah "Pancho Villa As Himself". A truly inspiring movie! Dia adalah seorang tokoh Meksiko yang mengobarkan sebuah revolusi bagi negerinya.
Gw sangat menyukai sebuah bagian di mana Pancho sedang tampak berenang bersama dengan seorang temannya. Temannya menanyakan mengenai "sbenarnya apa yg Pancho Villa sendiri inginkan?". Gw cukup tergetar dengan jawabannya. Sebuah mimpi yang luar biasa.
"Aku ingin sebuah parade, saat aku mati nanti. Puisi dan nyanyian mengiringi rombongan itu. Air mata membasahi kepergianku. Kemudian, aku ingin sebuah batu nisan. Batu nisan yang besar, yang dapat dikunjungi oleh orang-orang. Sesuatu yang dapat membuatku terus diingat, dalam hati setiap orang. Dan agar mereka juga tahu, bahwa Pancho Villa, selalu ada, untuk mereka."
Gw gak bisa berbohong. Gw sangat merinding pas denger dya ngomong gitu. Air mata gw hampir keluar. Enath kenapa, omongan yang dikatakan sang Pancho Villa dengan sedikit datar tersebut memberikan sebuah dampak makna yang luar biasa.
That's what we call lifetime wish. Sebuah keinginan yang sangat ingin kita wujudkan sebelum kita mati. Semacam bucket list tapi memiliki arti yang lebih mendalam. Karena, lifetime wish menentukan arah dan tujuan kehidupan seseorang.
Apa yang Pancho Villa katakan hampir mirip dengan impian gw. If anyone ask me about my lifetime wish, I will look im straight through the eyes, and said..
"Gw ingin menyumbangkan sesuatu bagi dunia ini. Gw ingin berguna bagi semua orang di bumi ini. Dengan begitu, semua orang akan mengetahui nama gw, mengingat nama gw, dan mengenangnya sepanjang hidup mereka. Semua orang menceritakan kisah gw, membukukannya, menfilmkannya. Nama gw takkan pernah hilang ditelan oleh waktu. Dan jiwa gw selalu berada di dalam hati semua orang. Dengan begitu, gw bisa meninggalkan bumi ini dengan tenang. Dan gw akan mencapai 'Keabadian' dalam arti yang sesungguhnya."
Itulah impian gw. Sangat muluk2. Tapi itulah lifetime wish. Mereka bisa saja muluk2, tp merekalah yang membimbing kehidupan kita. Merekalah yang menciptakan jalur kehidupan kita. Tanpa kita sadari, setiap langkah yang kita jalani, adalah untuk mewujudkannya.
Gw uda mengatakan mimpi gw. Lalu, apakah kalian juga memilikiny? Lifetime Wish?
Dream your way to the future!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
9:21 PM
0
comments
Saturday, July 12, 2008
Busur dan Sebatang Anak Panah
At last, the Dawn has arised...
Here goes! Pernahkah lw merasa bahwa karakteristik, sifat, sikap, pola pikir dan lain sebagainya yang ada dalam diri lw adalah pengaruh dari lingkungan lw? Pernahkah lw merasa bahwa keberhasilan lw selama ini adalah pengaruh dari sekitar lw?
Yeah, sebenarnya kita tak pernah lepas dari suatu hal yang disebu pengaruh eksternal. Hampir semua yang terjadi dalam diri kita adalah berasal dari pengaruh yang berasal dari luar. Tapi, bukan hal itu yang ingin gw fokuskan dalam posting ini. Gw ingin berbicara mengenai sebuah faktor eksternal yang merupakan basis utama dalam mempengaruhi keseluruhan hidup kita.
Faktor itu adalah Orang Tua.
Gw memiliki sifat yang cenderung keras dan pantang menyerah, serta idealis dan prinsipil karena faktor yang disebut orang tua. Orang tua gw selalu menganggap bahwa gw gifted terhadap sebuah bakat yang disebut "belajar" dan bertindak keras terhadap prestasi yang gw jalani selama ini. Orang tua gw memberikan standar yang sangat tinggi dalam mendapatkan nilai buat gw dibandingkan kedua kakak gw. Mendapat ranking ato memenangkan kejuaraan matematikan tak pernah membuat orang tua gw puas. Itulah asal muasal sifat keras dan pantang menyerah gw. Karena seumur hidup gw, gw gak pernah berhasil membuat orang tua gw bangga dan itu menumbuhkan sikap keras hati gw.
Sifat idealis dan prinsipil gw dapet dari bokap gw yang selalu membebani gw dengan pemikiran-pemikiran yang sangat sensitif, hitam dan putih. Dan itu memberikan warna dalam diri gw yang cenderung memiliki titik ekstrim. Walaupun, dalam beberapa bulan ini gw mulai bisa bersifat fleksibel.
Tapi, harus diperhatikan adalah bahwa semua yang telah gw capai sampai saat ini adalah terutama karena kedua orang tua gw. Standar yang sangat tinggi dari orang tua gw membuat gw gak cepet puas dan pada akhirnya mendorong diri gw untuk terus menerus maju tanpa batas, dengan sebuah pola pikir bahwa ini belumlah maksimal dari diri gw. Dan gw sangat bersyukur. Karena gw yang dilahirkan tanpa kelebihan tertentu ini pada akhirnya setidaknya tidak kalah dengan teman2 gw yang lumayan pinter (masih lumayan ya. Klo orang2 jenius itu mah blm nyampe gw). Dan lebih lanjut lagi, kondisi yang diberika orang tua gw membuat gw bisa bermimpi dan menetapkan sebuah tujuan hidup.
Dengan semua itu, gw ingin mengumpamakan orang tua sebagai pemanah dan busurnya dan kita sebagai anak adalah anak panahnya. Pada dasarnya, orang tua kitalah yang sangat mengetahui potensi kita karena merekalah yang memeperhatikan kita dari kecil. Mereka tahu bahwa anak panah yang dipegangnya ini memiliki bobot berapa dan ketajaman seperti apa serta daya dalam menahan rintangan seperti angin dan tekanan udara. Kemudian, orang tup pun yang mengarahkan anaknya ke sebuah sasaran. Berdasarkan itu, mereka akan melepaskan anak panahnya seperti apa, dengan tenaga sebesar apa dan ke arah mana.
Jika ternyata di depannya ada tembok, maka orang tua akan mengarahkan anaknya untuk tidak langsung mencapai mimpinya melainkan menggunakan jalan samping yang mungkin lebih sulit untuk dicapai layaknya pemanah yang menembakan panahnya ke atas mengikuti sudut parabola untuk mengenai sasarannya melewati tembok yang menghadang. Jika ternyata sasarannya terlalu jauh, orang tua bisa mengubah anak panahnya menjadi lebih berat atau mendesign agar angin tak menghalanginya dengan cara mendidiknya di sekolah terbaik ato mengembangkan kepribadiannya.
Intinya, orang tualah yang paling banyak menentukan kehidupan kita. Sebab, merekalah yang melepaskan kita dari busur untuk mencapai impian kita masing2.
Karena itulah, jangan pernah melupakan jasa orang tua kita.
Dream On!
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
11:20 AM
0
comments
Friday, July 11, 2008
Sacrifices for Peace
This world is at chaos,we know that. It's been more than a century since it begins. World War I, Wold War II, Cold War, Iraqi War, etc. Just how many innocent sacrifices were made with the reason of PEACE.
Terkadang kita berpikir mengenai bagaimanakah membuat dunia menjadi aman senotsa dan damai. Banyak sekali cara. Di dalam pikiran kita cara2 tersebut membentuk pola pikir bagaimanakah dunia yang ideal dan bagaimana mencapainya. Dan pada akhirnya, kita selalu mencapai ssatu kesimpulan cara yang paling mudah...
That is to make sacrifices of a little number of lifes to save the far greater number of lifes.
You know what it is like. The plane crash of WTC at 911. Coba bayangkan berapa ribu korban jiwa dalam peristiwa itu. Mereka tewas dengan alasan para teroris untuk kedamaian. Tapi, berapa ribu korban yang tidak berdosa yang tewas. Hampir semuanya. Memang, kejadian WTC belum tentu ulah teroris, bisa saja ulah pihak lain yang ingin mengkambinghotamkan Al Qaeda.
Contoh lainnya lagi adalah Bom Bali yang membunuh ratusan manusia. Tujuannya sekali lagi ingin menciptakan perdamaian dan sekali lagi ratusan nyawa tak berdosa menjadi korban atas nama perdamaian. Jika itu semua tidak cukup, kita kembali ke masa lampau. Berapa juta jiwa tak berdosa tewas oleh bom atom Amerika di Hiroshima dan Nagasaki? Memangnya mereka ingin adanya perang? Memangnya mereka penyebab perang tersebut? Memangnya mereka terlibat perang dunia II itu? Lantas mengapa merekalah yang menjadi korban atas sesuatu yang bukan tanggung jawab mereka.
Oke. Gw tahu beberapa dari kalian pasti akan mengatakan, "Jangan naif. Kita membutuhkan sedikit saja pengorbanan untuk sesuatu yang lebih besar, yaitu perdamaian. Pengorbanan yang tidak sampai sepersejuta penduduk bumi itu worth it koq dan gak perlu lebih dari itu. IN THE NAME OF JUSTICE"
Yes. We can try to justify our action as much as we like, but that will not heal the heart of the families of those who are perished. Even if it is for peace or what. Bahkan belum tentu semua itu menyembuhkan hati para keluarga dari tentara yang maju ke medan perang. Dan jika gw balik, bagaimanakah jika kalian yang menjadi korban? Bagaimana jika itu adalah ayah atau ibu kalian? Bagaimana jika itu adalah anak kalian? Ato sodara kalian yang lain? Sementara kalian sama sekali tidak terlibat dan tidak menginginkan adanya perang tersebut. Masih bisakah kita menjustifikasi perbuatan itu?
Gw jujur akan menjawab tidak. Tidak perlu dijelaskan kalian pasti tahu mengapa.
Tapi, one thing...
I don't need peace if it means to take those of innocent people as sacrifices.
Buat gw itu bukanlah perdamaian. Pada akhirnya kondisi seperti itu hanya akan melahirkan perang lagi. Dan jika itu memang adalah siklus kehidupan di mana perang akan terus ada, maka janganlah menggunakan perdamaian sebagai alasan karena kita semua tahu bahwa sebenarnya tak ada kata perdamaian dalam kamus dunia.
My principle is not to make innocent sacrifices whatever it takes. Dan gw akan terus memegang teguh prinsip itu. Gw bukanlah orang yang bisa meberikan pembenaran atas pengorbanan tersebut, bahkan jika pelakunya adalah diri gw sendiri.
I hope you all understand. It may sound really naive, but that is my principle. And I won't go back on my words.
Dream On!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
6:49 AM
1 comments
Wednesday, July 9, 2008
Relativity of Quality
Yak! Fajar menyingsing!
Kali ini gw mau membahas mengenai sesuatu yang disebut kualitas atau sejenisnya.
Begini kisahnya,
Di suatu tempat dan di suatu hari, ada seorang pemancing yang sangat handal. Dia memenangkan banyak lomba dan dikisahkan dia bisa mendapatkan 16 ikan hanya dalam 2 jam dan telah dibuktikan berkali-kali. Dia sangat pandai membuat umpan yang pada dasarnya merupakan kunci keberhasilannya. Umpan ini pun diminta oleh para pemancing lainnya karena ingin mendapatkan hasil yang sama dengan pemancing handal tersebut. Tetapi, tidak ada satu pun yang mendapatkan hasil sebaik dia. Dan lebih hebatnya lagi, pemancing dengan skill lebih hebat dari dia juga tidak mendapatkan hasil yang maksimal dengan umpan itu.
Mengapa?
Pada dasarnya, menurut gw kualitas itu adalah sesuatu yang relatif. Bukan dari segi penilaian, tetapi dari segi keberhasilan. Karena setiap orang akan emngalami hal yang berbeda terhadap sesuatu yang memiliki potensi sama. Hal ini dikarenak setiap manusia memiliki bakat, keberuntungan dan lain sebagainya yang berbeda satu sama lain. Jadi, sesuatu yang dikatakan efektif bagi seseorang, belum tentu efektif untuk orang lainnya.
There's no such a thing as a best method for everyone! There will be a million best method if there's a million people out there.
Jadi, jika ditanya apa sih rahasisanya membuat sesuatu yang terbaik. There's no secret recipe. Just believe in yourself. ketahuilah diri lw sendiri. Dengan begitu lw bisa tahu yang mana yang paling baik buat lw. Buatlah metode yang sesuai dengan diri lw.
Jangan mengkopi milik orang lain hanya karena terlihat hebat karena tidak selalu bekerja untuk diri kita sendiri.
Be You!
Dream On!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
8:28 PM
0
comments
Labels: dawn, Life, Relativitas
Antara Memancing dan Cinta
Ini adalah posting kedua gw yang membahas MEMANCING sebagai analogi. Dulu, di blog bersama gw, gw sempat menuliskan analogi memancing dan kehidupan yang bisa dibaca di sini. Saat ini, gw mau menganalogikan cinta dengan memancing.
Sekali lagi akan gw informasikan seperti apakah memancing yang akan menjadi basis pemikiran gw.
Memancing itu adalah melemparkan sebuah umpan yang ditempelkan pada sebuah kail untuk kemudian dimakan oleh ikan dan digaet oleh sang pemancing. Pemancing akan menyiapkan umpan terbaiknya yang bisa dibuatnya pada saat itu. Kemudian melemparkannya ke kolam dan menanti datangnya ikan. Ikan yang berseliweran ke sana kemari akan melihat adanya umpan dan bereaksi terhadapnya. Berikut ini adalah 5 kondisi yang akan terjadi:
1. Si Ikan tidak menggubris
2. Si Ikan hanya menyenggol
3. Si Ikan mencicipi tapi kemudian meninggalkannya
4. Si Ikan makan dengan lahap dan pemancing tidak menyadarinya
5. Si Ikan makan dengan lahap dan berhasil digaet oleh pemancing
Mari kita bahas kondisi tersebut jika dikaitkan dengan cinta. Gw mengibaratkan Si Pemancing sebagai PRIA (berlaku sebaliknya) dan umpan sebagai DAYA TARIKnya (semua daya tarik, gak cuma gantenk/cantik doan) dan Si Ikan sebagai WANITA (berlaku sebaliknya juga).
Kondisi pertama adalah ternyata wanita sama sekali tidak menyukai sang pria karena ternyata daya tarik si pria tidak menarik si wanita. Hal ini bisa jadi karena pemancing menyiapkan umpannya asal2an (misal nyampur sambel di dalem umpan) ato di dunia nyata adalah si pria tidak berdandan dengan baik atau behave dengan baik. Masih banyak faktor lain seperti ikannya gak nafsu makan ato boleh juga dibilang si wanita lagi gak mau pacaran karena takut kegaet dan abis dimakan kyk temen2nya. Hal ini paling sering berlaku terhadap JOMBLO SEJAK LAHIR.
Kondisi kedua adalah ternyata si wanita cukup tertarik dengan adanya pria itu dan berusah mendekatinya untuk memeriksanya lebih lanjut. Tapi, ternyata eh ternyata, jauh di mata, dekat di mulut, maksudnya jauhnya menarik mata tapi deketnya mendorong mulut (untuk muntah). Sehingga, tanpa mencicipinya di ikan langsung ngabur aja hanya dengan meninggalkan getaran pada pelampung milik pemancing yang memberikan harapan bagi si pria bahwa bisa aja si wanita menyukainya.
Kondisi ketiga adalah ternyata dari luar si wanita suka ma si pria, entah gantek, entah lucu, berbehave dengan baik, dll, tapi ternyata pas dicicipin rasanya kayak septitank. Ini sama aja kayak si wanita sudah mulai mengidolakan si pria tapi ternyata ketauan deh jorok2 ato sampah2nya di pria. Jadinya abis nyicipin (yang di mata si pria pelampung naik turun dengan luar biasa dan memberikan harapan yang besar) si wania langsung ngabur tanpa sempet kegaet.
Kondisi keempat adalah "CINTA TAK BERBALAS". Si wanita suka luar dalem dan uda ampe kesengsem parah ma tuh pria, tapi ternyata si pemancing tidak menyadarinya dan tidak merespon apa2 terhadap pelampung yang bergetar hebat karena umpan dimakan bulat-bulat ampe kailnya aja mo ditelen. Ternyata si prialah yang tidak menyadarinya dan pada akhirnya si wanita pun tidak jatuh ke tangan si pria. Hal ini juga dapat di interpretasikan sebagai si pria masih ragu apakah benar si wanita menyukainya dan tidak dengan segera menembaknya sampe si wanita bosen. A very general case and a very general reason of BORN AS SINGLE.
Kondisi kelima adalah Happy Ending. 22nya sama sadar dan pada akhirnya keduanya menyatu dan jadilah sepasang pria dan wanita. Tapi, bukan berarti pacarannya bisa langgeng terus. Cuz, bisa aja pas ditarik benangnya putus pertanda bahwa 22nya gak cocok dan mengakhiri hubungannya. Jika si pria bisa memaintain tarikannya dengan baik, pasti benangnya gak putus.
Yah, klo kronologis cinta dilihat dari analogi memancing, ya begitu deh jadinya. Bisa indah, bisa mengecewakan dan bisa bermacam2 kejadiannya.
Begitulah interpretasi memancing dari sudut percintaan. Sekali lagi gw mengatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini bisa kita interpretasikan dari sisi lain.
So, open up your mind!
Dream On!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
7:09 PM
2
comments
GREY AREA in Our Heart
Grey Area... What's that?
Grey Area atau daerah abu-abu adalah sebuah kondisi yang disebut KETIDAKPASTIAN. Benarkah daerah abu2 ini benar-benar eksis di dalam kehidupan manusia ini?
Seorang teman gw menulis dalam blognya yang bisa dilihat di sini bahwa dia sangat tidak menyukai adanya daerah abu2, dia ingin hitam dan putih.
But, unfortunately, I must say, the grey area is everywhere in our life.
Tapi, yang ingin gw bahas di sini gak akan semuanya. Gw ingin memfokuskan grey area yang ada di hati manusia.
Sebelumnya, para pembaca mungkin harus membaca postingan gw yang bisa dibaca di sini. Coba pembaca menentukan yang manakah yang paling menggambarkan diri pembaca. Sejauh ini, semua orang yang gw tanya selalu menjawab tidak tahu, atau tergantung, atau susah dan sebagainya. Cuma satu orang yang bisa menjawab dengan tegas pilihannya dan saat ini dia adalah partner gw di dalam blog ini. Namanya adalah Dusk.
Sbenernya kenapa gw mengambil cerita Ramayana di sana? Karena seperti kata partner gw, kisah Ramayana sangatlah HITAM dan PUTIH. Itulah! Pertanyaan gw di dalamnya ingin menguji apakah manusia dapat dengan yakin mengatakan HITAM adalah HITAM atau PUTIH adalah PUTIH dalam kasus yang menyangkut keputusannya.
Sejauh ini, gw bisa menyimpulkan bahwa sebagian besar manusia tidak dapat memutuskan jika dihadapkan dalam kondisi ekstrim, di mana pilihan yang satu adalah sama baiknya atau sama buruknya dan tentunya bertolak belakang. Manusia bukanlah makhluk yang yakin. Insting manusia diciptakan untuk berhati-hati dan menimbang-nimbang. Itulah mengapa tidak banyak manusia yang memiliki bakat SPONTANEOUS DECIDER.
Hati manusia pada dasarnya diliputi warna abu-abu. Tidak ada kepastian dalam kehidupan manusia. Bahkan, orang yang di permukaan dapat dengan tegas menyuarakan hitam atau putih, pasti menyisakan bercak-abu2 di hatinya. Selalu akan ada sedikit keraguan atau ketakutan mengenai pilihan yang diambilnya.
Manusia adalah makhluk rasional dan daerah abu2 adalah daerah paling rasional. Tidak perlu disesali atas keberadaan daerah abu2 yang membuat kehidupan manusia menjadi tidak pasti. Karena ketidakpastian itu rasional dan sesuatu yang paling pasti di dunia ini adalah ketidakpastian.
So, live your life together with the choice you've taken!
Dream On!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
6:34 PM
1 comments
Labels: dawn, Uncertainty
Sunday, July 6, 2008
To Learn, then To Become
Persembahan pertama gw buat blog ini. First Post! Seharusnya ini dipost di Hakuna Matata, tapi di sini aja deh.
Pertama gw mulai dengan sebuah pendapat dari kebanyakan orang tua. Mereka sering menuntut kita, atau menghimbau kita untuk belajar. Guru kita pun sering meminta kita untuk belajar. Sepanjang hidup kita mungkin akan selalu diisi oleh kata BELAJAR.
Bahkan, ada pepatah yang mengatakan bahwa, "We will never become too old to learn."
Yup! That's right! Tak ada kata tua untuk belajar. Belajar harus selalu dilakukan hingga kita mati. Tapi apa maknanya belajar jika hanya belajar? Kalau sudah kita pelajari lalu gimana? Membusuk saja di otak kita?
Learning is not enough. BECOME!
Wujudkanlah apa yang sudah kita pelajari. Untuk itulah kita belajar. Terkadang kita merasa, oh belajar ini cukup untuk pengetahuan umum saja. Itu benar. Tapi, jangan biarkan pengetahuan itu at ease, sia-sia. Gunakanlah apa yang kita pelajari dengan baik dan buat jadi kenyataan.
Jika tak perlu alasan untuk belajar, maka tak perlu alasan pula untuk mewujudkannya. Banyak cara untuk mewujudkan (bisa juga disebut: memanfaatkannya). Gak mungkin gw jawab satu2 di sini. Tapi, carilah cara kalian sendiri untuk mewujudkannya. Cuz, everybody has their own way to do things.
Tapi, camkanlah bahwa yang kita pelajari bukan cuma sekedar pelajaran di sekolah ato kampus. Akhlak mulia, sopan santun, nasionalisme, dan lain sebagainya jugalah hal yang kita pelajari. Wujudkanlah semua itu!
Don't stop at learning, continue on becoming!
Dream on!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
10:25 PM
0
comments
Saturday, July 5, 2008
The Dawn of Dreams
Sudah beberapa bulan gw dengan rajin berposting ria di hakunamatata, akhirnya gw dan best sobat gw, Shamien, memutuskan untuk membuat blog ini buat ngisi waktu anak2 posting di sana.
Kata dawn and dusk menggambarkan kami berdua. Fajar dan Senja, dua buah kata yang berhubungan dengan cahaya dan kegelapan. Dalam segi pemikiran, kami berdua seringkali bertolak belakang, layaknya cahaya dan kegelapan. Tapi, tentunya, pemikiran kami saling mengisi layaknya cahaya dan kegelapan pula.
Takkan ada kegelapan kalo tak ada cahaya dan cahaya takkan diperlukan kalo tak ada kegelapan. Cahaya dan kegelapan adalah elemen yang bertolak belakang tapi melengkapi satu sama lain. Fajar akan menjadi senja, dan senja akan menjadi fajar. Hilangnya salah satu dari mereka akan merusak keseimbangan.
Dawn adalah nama pena gw di dalam blog ini. Tulisan gw akan banyak didominasi oleh positive thinking dan ideal world, doesn't mean that I'm naive. Fajar merepresentasikan impian dan harapan baru. Karena itulah, gw menyebutnya "The Dawn of Dreams".
Gw ucapkan selamat datang di dunia di mana cahaya dan kegelapan bersatu, menciptakan khayalan yang... ABSTRAK.
Dream On!
Dawn
Posted by
Bagus Arya Wirapati
at
10:41 AM
0
comments
Labels: dawn, welcoming post